Sabtu, 08 September 2012

"Puisi Anak Jalanan-(Buku Guru Matahari)"


"Anak Jalanan"

Awan itu Putih, kau bilang kelabu
Hujan dan terik selalu terbata
menggiringmu dari jalan raya
pada hampa niscaya

Adakah seorang turun dari mobil
adakah pejalan kaki lewat
menyapa tubuh kemalumu
yang selalu menggigil?

Lapar merasuk, ngilu meradang
debu di jalan menebar luka
basah sebentar, kau basuh dirimu
dengan do'a yang ingin benar kau hafal


Selasa, 04 September 2012

Puisi anak jalanan


Nama  : Nafsul Muthmainah


Aku terbangun dari kotor dan dinginnya bawah jembatan ini. Begitu juga dari suara-suara kendaraan bermotor yang silih berganti. Tapi ini sudah biasa bagiku. Ketika kubuka mata ini, pikiran dan perutku seakan mengerti. Saatnya kucari sesuap nasi. Menelusuri rimba rayanya kota, tertatih pada rintih kaki dan berpeluh pada guritan derita.
Kakiku terus melangkah, sementara perutku pun terus mendendangkan lagu keroncongnya. Kutilik dibalik rumah mewah itu. Bahagia sekali, mereka sarapan pagi bersama dengan makanan telah tersaji diatas meja. Sementara aku?? Berapa kilometer lagi harus kutempuh?? “Aku tak seberuntung mereka”.
Di teriknya matahari yang seakan ingin membakar kulitku, aku harus mengais rejeki. Di jalanan, di perempatan, di warung-warung, tak peduli betapa teriknya siang ini. Dengan lagu kudendangkan juga dengan tangan menengadah. Pengemis, pengamen, mungkin itu kata yang lebih tepat. Anak jalanan, anak terlantar, apapun kata mereka aku tak peduli. Buat aku yang terpenting adalah bagaimana menyambung nyawaku.
Kutengok di balik gedung itu. Nyamannya mereka, tidak kepanasan, duduk disana, mendapatkan pendidikan, mendapatkan teman pula. Inginnya aku bersekolah. Tapi uang dari mana? Bagaimana bisa? Kalaupun telah ada sekolah gratis, belum tentu yang lainnya gratis. Kalaupun aku sekolah, bagaimana aku bisa mencari sesuap nasi? Sekali lagi aku harus berkata, “Aku tak seberuntung mereka”.
Lalu ketika senja tiba. Kutahu hari kan gelap. Gelap pula harapanku, ku tahu malam ini aku harus tidur di emperan toko, di kolong langit, bahkan di kolong jembatan. Tanpa peduli apa yang akan terjadi nanti. Hujankah? Hemmm… hujan? Dinginnya malam adalah selimutku.  Kardus bekas adalah kasurku. Tak ada bantal dan guling untukku.
Guling dan bantalku telah mati. Diambil Tuhan, bahkan disaat aku ingin merasakan hangatnya pelukan ibu. Yang tersisa hanyalah sebuah kenangan dan dingin yang menusuk kalbu. Sementara aku disini, anak-anak lain tidur menggunakan kasur, selimut tebal, bahkan hangatnya pelukan orang tua. Dan untuk kesekian kalinya, aku harus berkata “Aku tak seberuntung mereka” .
Ibu, ingin ku mengadu. Mereka bilang aku anak terlantar, mereka bilang aku anak jalan yang tak pantas jadi teman mereka. Mendekat saja mereka tak mau. Ibu…temanku hanya kepahitan hidup. Isak tangis kutahan, senyum palsu kuperlihatkan. Ingin kutunjukan ketegaran pada diriku, meskipun sebenarnya aku rapuh.
Sungguh hati kecilku tak sanggup melihat mereka… melihat mereka menjalani kehidupan yang sangat pahit. Tak ada yang peduli, bahkan menganggapnya jijik. Padahal Fakir miskin dan anak terlantar di pelihara oleh Negara, jelas tertera dalam UUD 1945. Namun, Anak terlantar (anak jalanan) justru diperlihara oleh Babeh. Mereka mendapat perlakuan buruk, disodomi, tempat pelampiasan nafsu seksnya. Kejahatan terhadap anak-anak jalanan kerap terjadi. Ya allah, berikanlah kekuatan dan perlindungan kepada mereka, karena engkau adalah sebaik-baik penolong kami,, aamiin.



Subhanakallahumma wabihamdika asyhaduallaillaaha illa anta astagfiruka wa atuubu llaik,,

Rabu, 29 Agustus 2012

Anak Jalanan - Potret Kerasnya Kehidupan

Anak jalanan, mungkin kita sudah akrab dan tidak asing lagi dengan figure ini yang juga biasa disingkat AnJal. Mereka sangat mudah kita ditemukan khususnya di sebagian besar kota-kota di dunia.

Dari namanya cukup jelas melukiskan mereka adalah seorang anak-anak yang kesehariannya terbiasa hidup di jalanan, tetapi mungkin lebih spesifik lagi mereka adalah anak kecil yang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan ekonominya dijalanan bahkan terkadang tempat tinggal dan bermain mereka juga dijalanan.

Sangat ironis memang, mereka merupakan generasi penerus bangsa yang tergolong masih kecil harus merasakan kerasnya sebuah kehidupan. Bahkan tidak jarang anak jalanan menjadi korban dan target tindak kekerasan dari orang yang tidak bertanggung jawab.

Walupun tidak ada data yang tepat menunjukkan berapa pertumbuhan jumlah anak jalanan, namun dapat dipastikan setiap tahun jumlah mereka selalu meningkat. Oleh karena itu tugas negara dan kita juga sebagai manusia sosial agar ikut membantu dan berperan serta menekan jumlah pertumbuhan mereka.

Seluruh negara di dunia sepakat bahwa mereka adalah masalah sosial bersama, sehingga PBB (United Nations) selaku perkumpulan negara-negara di seluruh dunia telah membentuk badan khusus yang menangani permasalahan sosial anak-anak serta untuk melindunginya dari berbagai tindak kekarasan yang terjadi.

Selasa, 28 Agustus 2012

Karena Berbagi Itu Indah

Selamat Datang di Berbagi itu indah.
Buka Mata Buka Telinga Buka Hati...
Lihatlah Mereka...
Dengarkan Rintihan Mereka...
Rasakan Apa yang mereka Rasakan...